• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Nama Instansi
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Menu 1
  • Menu 2
  • Menu 3
  • Beranda
  • Menara Ilmu
  • Petani Sebagai Co-Developer pada Sistem Pertanian Presisi yang Inovatif

Petani Sebagai Co-Developer pada Sistem Pertanian Presisi yang Inovatif

  • Menara Ilmu
  • 18 November 2018, 03.33
  • Oleh:
  • 0

Pertanian presisi menjadi kunci dalam penerapan sistem pertanian efisien yang menggunakan informasi untuk setiap proses pengambilan keputusan secara terukur dan jelas.  Proses pembelajaran penerapan sistem pertanian presisi ini melalui proses yang tidak mudah, butuh usaha dan pembiasaan serta pengetahuan mengenai faktor-faktor pendukung lainya.

Memahami proses yang mempengaruhi proses belajar dan adaptasi dalam menerapkan sistem pertanian presisi menjadi penting sebagai langkah awal untuk mewujudkan sistem pertanian presisi yang sepadan dan inovatif. Pada paper yang ditulis oleh Eastwood (2009), yang berjudul “Farmers as co-developers of innovative precision farming systems” akan coba kita bahas studi kasus di petani australia seperti apa prosesnya.

Disajikan enam kasus petani Australia yang  mencoba untuk menerapkana teknologi baru yang inovatif dan dilakukan pengamatan selama 18 bulan  dengan tujuan mengukur sejauh mana pemahaman pengetahuan dan pembelajaran yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan cara interview dan direkam.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa pengembangan pertanian presisi yang inovatif tergantung pada pemahaman dan kesadaran petani sebagai aktor utama (co-developer) di lapangan, dan untuk bisa berhasil memerlukan pendekatan sistem, tidak hanya fokus pada teknologi perangkat. Lebih lanjut, munculnya inovasi bukan hanya dari petani sendiri, namun juga dari jaringan komunitas, anggota, dan difasilitasi dengan transfer pengetahuan diantara komunitas tersebut.

Pada kasus yang dicontohkan, pada sistem produksi susu, dimana dari sisi industri belajar dari kesalahan yang tlah terjadi. Adanya mekanisme umpan balik pengetahuan dari anggota akan lebih memperkuat basis pengetahuan yang ada di organisasi tersebut.

Pada Gambar 1. dapat dilihat bentuk jaringan komunikasi yang terjadi di level petani di Australia, garis putus-putus menunjukkan tidak adanya hubungan antara anggota, sehigga transfer of knowledge (garis dengan panah) tidak dapat terwujud. Bentuk komunikasi bisa bermacam-macam tergantung pada kebiasaan lokal yang umum digunakan.

Informasi selengkapnya apabila Sobat smart farmer tertarik pada paper ini.

Sumber Jurnal:
Eastwood, C. R., Chapman, D. F., & Paine, M. S. (2009). Farmers as co-developers of innovative precision farming systems. In EFITA (European Federation of Information Technology in Agriculture) Conference.

Andri Prima Nugroho, Ph.D.
Penulis adalah Dosen dan Peneliti di bidang Informatika Pertanian, saat ini turut mengembangkan riset mengenai pertanian presisi (Precision Agriculture) di Smart Agriculture Research Group, Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Kontak E-mail: andrew[at]ugm.ac.id

Recent Posts

  • Pengelompokan Perkumpulan Petani Pemakai Air dengan Metode Fuzzy Clustering di Wilayah Pengasih Timur Sistem Irigasi Kalibawang
  • Industri Pangan Fungsional di Indonesia
  • Bagaimana Membedakan Klaim Ilmiah dan Hoax
  • Pangan Fungsional dan Nutrisetikal: Sejarah & Perkembangan Terkini
  • Potensi Pasar dan Konsumen Pangan Fungsional di Indonesia
Universitas Gadjah Mada

Alamat Instansi
Nomor Telepon Instansi
Email Instansi

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju